Sunday, November 2, 2008

Krisis Global, Runtuhnya Ekonomi Kapitalis

 

Krisis Global yang terjadi belakangan ini memang menarik untuk diikuti, bagaimana sebuah negara adidaya yang begitu berkuasa limbung oleh sistem perekonomian yang notabene adalah sistem yang mereka rancang sendiri.

Yang mengejutkan sebetulnya adalah bahwa krisis ini sering sekali terjadi mulai dari tahun 1907, 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, 1998 – 2001 dan 2008. Kalau kita perhatikan, bahwa sesungguhnya krisis ekonomi ini merupakan sebuah siklus yang pasti terjadi dalam sistem liberal. Bahayanya, siklus ini semakin terjadi semakin pendek, memakan waktu lebih lama untuk recovery nya dan selalu lebih parah dari krisis yang sebelumnya.

Sistem ini pun akhirnya di tambal sulam dengan berbagai cara yang notabene juga tidak mengadakan perubahan secara fundamental.

Melihat dialog diatas yang disiarkan oleh Metro TV, terlihat jelas bahwa pemerintah yang diwakili Andi Malarangeng sebetulnya tidak begitu memahami apa yang sebenarnya terjadi pada perekonomian dunia. Terlihat jelas dalam setiap argumen-argumennya bahwa pemerintah betul-betul menetapkan sistem kapitalis yang sesungguhnya sudah nyata kehancurannya.

Ketimbang mencari jalan keluar dengan menyelamatkan dan menggerakkan sektor realnya, mereka lebih memilih menyelamatkan sektor non real yang dipegang peranannya oleh orang-orang kaya atau pemegang modal. Di sini juga terlihat bahwa pemerintah lebih cenderung menyelamatkan orang-orang kaya ketimbang masyarakat Indonesia pada umumnya yang berada di bawah garis kemiskinan.

Andi Malarangeng malah jelas-jelas mengatakan bahwa sektor non real ini memang sangat spekulatif sehingga pemerintah mencoba campur tangan sehingga spekulatif ini bisa menjadi prediktif. Ini bukannya judi ya?. Jadi pada hakekatnya kita sedang bermain judi yang mempertaruhkan 250 juta jiwa masyarakat Indonesia.

Bu Hendri pun sempat menjelaskan bahwa Indonesia akhirnya berhutang lagi pada IMF untuk menyelamatkan perekonomiannya, dan IMF pun merespon dengan memberi solusi kebijakan ekonomi yang aneh. Aneh? Yup, karena disaat negara-negara besar di dunia seperti Amerika dan Inggris sibuk menurunkan suku bunga bank nya, IMF malah menyarankan menaikkan suku bunga kita dan disetujui pula oleh pemerintah.

Makin aneh lagi, karena pemerintah kita diminta untuk mengurangi campur tangan ke pasar dan membiarkan pasar merecovery dirinya sendiri. Ini juga aneh, karena Amerika dan Inggris, malah campur tangan dengan menggelontorkan sejumlah besar dananya dalam jumlah yang sangat fantastis ke pasar untuk mempertahankan kondisi pasar yang demikian hancur.

Andi Malarangeng pun sepertinya harus belajar lagi untuk menghormati pendapat orang lain, karena dalam dialog ini dapat terlihat selain tidak menguasai pokok permasalahannya, beliau juga tidak menghargai pembicara lainnya. Tidak seperti Ibu Hendri Saparini atau bapak Tun Kelana Jaya, dan Pak Erwin yang begitu tertib, tapi Andi Malarangeng begitu grasak-grusuk memotong pembicaraan-pembicaraan nara sumber begitu saja, berusaha tampak pintar dan penting padahal tidak menguasai materi sama sekali. Terlihat bahwa beliau begitu kepanasan mendengar beberapa kebijakan-kebijakan yang ditutup-tutupi sekian lama dibuka satu per satu oleh nara sumber. Beliau terlalu memaksakan bahwa tidak ada bentuk ekonomi lain yang berjalan di dunia ini. Benarkah?

Yah namanya juga orang pemerintah, gak pernah bisa bermain fair.

No comments: